Oleh : Irno Sulaiman
Pendidikan islam, dimana karakteristik historisnya selalu membuka memperlihatkan eksistensi yang khas di Indonesia. Umumnya mengawali dari tuntutan perkembangan dan pertumbuhan pemberdayaan masyarakat seperti kajian keagamaan, sosial, dan budaya. Secara teoritis tidak mengabaikan terhadap perkembangan dunia pendidikan pada umunya.
Pesantren, telah mampuh memberikan polarisasi sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, setiap jenjang pendidikan/persekolahan ia mampu mewarnai dari semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Pondok pesantren, era belakangan selalu dipandang sebagai wadah yang di dalamnya terbentuk kajian keagamaan yang dipandang oleh masyrakat. Sebab tuntan semakin kuat untuk mengkonsumsi ilmu agama. Sangat logis ketika pendidikan di pesantren banyak yang mengkampanyekan bahwa pesantren sangat banyak pengaruhnya terhadap perilaku baik (sopan dan santun dan menghormati diantara sesama).
Arus globalisasi yang semakin merusak masa depan bangsa. Karenanya, diakui atau tidak pendidikan di pesantren adalah pendidikan wajib untuk mendalami keagamaan. Sedangkan aliran-aliran yang berkembang dalam histories dunia islam, versi M. Jawwad Ridla diklasifikasi menjadi tiga macam. Pertama, aliran religius-konserfatif, relegius-rasional, dan pragmatis. Kedua, aliran dalam pemikirannya bersifat agamis murni. Sehingga, moral-keagamaan menjadi sarat dengan pemikiran kependidikannya. Ketiga, menggunakan basis rasional-filosofis, tidak semata-mata agamis murni; sedangkan aliran terakhir mempunyai aliran kepraktisan (fungsionalitas) penghubungan antara akal dan naql.